Raih Peringkat 2 dengan Ribuan Suara di Polling Calon Walikota Palembang 2024, Hensyi : Polling Tidak Bisa Jadi Tolak Ukur Elektabilitas
Palembang, suarasumsel.net- beberapa hari belakangan, beredar pesan berantai ke grup grup WA, dan grup facebook di Kota Palembang yang berisi polling calon walikota Palembang 2024
(https://pollingkita.com/polling265157-polling-calon-walikota-palembang-2024-pilihan-anda)
Polling yang sudah diikuti 14 ribu warga Palembang ini disebut merupakan pooling resmi dari lembaga pollingkita.com yang telah dirilis 5 hari yang lalu. Polling ini juga telah dibagikan ke Wa dan medsos seluruh bakal calon walikota palembang yang masuk dalam polling, tim pemenangan, orang terdekat bakal calon walikota tersebut. Bahkan petinggi KPU, petinggi partai partai politik, baik ditingkat DPP, tingkat provinsi maupun tingkat Kota Palembang, para wartawan juga menerima kiriman polling ini (https://pollingkita.com/polling265157-polling-calon-walikota-palembang-2024-pilihan-anda)
Salah satu bakal calon walikota Palembang yang masuk kandidat, bahkan meraih peringkat 2 dengan Ribuan suara, Hensyi Fitriansyah mengatakan, polling ini tidak bisa menjadi patokan atau acuan elektabilitas bakal calon walikota Palembang.
Mengapa?
Menurut Hensyi, Polling berbeda dengan survey. Jika survey adalah penelitian, maka polling cuma gambaran kecil.
“Survey itu penelitian ilmiah, hanya menggunakan sampel 440 orang, kita sudah bisa mengetahui elektabilitas calon. Cara mengambil sampel juga dengan penelitian lebih lanjut. Sementara polling, hanya gambaran kecil kekuatan calon. Misal dalam polling meraih 10 ribu suara, bisa jadi hanya 10 ribu suara saja pemilihnya. Tapi kalau survey bisa menggambarkan seluruh populasi pemilih se Kota Palembang,” kata Hensyi lulusan S1 Matematika Statistika dan s2 statistika ini.
Dikatakan hensyi, Polling bisa menjadi acuan, jika jumlah pemilih mencapai 50 persen plus satu dari mata pilih. ” Mata pilih aktif Pilkada Palembang sekitar 750 ribu. Jika jumlah pemilih dalam polling Pilkada Kota Palembang ,mencapai 400 ribu orang, baru bisa dijadikan acuan elektabilitas calon. Kalau jumlah pemilih tidak sampai 100 ribu, tidak bisa mewakili elektabiltas bakal calon. Bisa jadi orang yang ikut polling semuanya adalah tim pemenangan salah satu kandidat, kan tidak tahu. namanya polling tidak dijelaskan, pemilih itu semuanya warga Palembang, atau ada warga lain,” terang Hensyi yang waktu kuliah S2 mengambil konsentrasi survey ini.
Soal dirinya yang telah meraih ribuan dukungan polling calon walikota Palembang dalam waktu lima hari, dengan jumlah persentase 8,3 persen, Hensyi menanggapinya biasa saja. ” Anggota Tim yang telah terbentuk sudah ribuan, jadi biasa saja kalau saya meraih polling ribuan, apalagi dukungan KTP dari warga Palembang yang sudah saya dapat juga ribuan. Nah yang luar biasa itu, jika saya belum bergerak, belum apa-apa, tapi sudah dapat ratusan ribu pemilih dalam polling itu,” kata Hensyi.
Hensyi sendiri mengatakan, dirinya menargetkan bisa meraih 100 ribu KTP dalam waktu 2,5 tahun. ” 100 ribu KTP ini adalah KTP kepala keluarganya. JIka dalam 1 KK ada 3-5 mata pilih, artinya dukungan kita sudah 300 sampai 500 ribu mata pilih. Memang belum tentu pilihan dalam keluarga itu sama, tapi jika kepala keluarga sudah mendukung, biasanya anggota keluarga akan ikut,” tutup hensyi. (ded)