Bantah Study SETARA Institut, Ridho Yahya : “Prabumulih Kota Paling Intoleran,”
Walikota Prabumulih, Ir H Ridho Yahya MM
PRABUMULIH, suarasumsel.net — Menanggapi hasil study/penelitian SETARA Institut dalam laporannya bertajuk Indeks Kota Toleran (IKT) 2022 yang menempatkan Kota Prabumulih sebagai Kota Intoleran dalam skala Nasional, Walikota Prabumulih, Ir Ridho Yahya MM, mempertanyakan kriteria penilaian dan metode penelitian yang dilakukan.
Ir Ridho Yahya saat dimintai komentarnya, Rabu (12/4) mengatakan, dari segi keagamaan mungkin hanya di Prabumulih Pemerintahnya mempermudah izin pembangunan rumah ibadah setiap agama bahkan biaya pembangunannya turut dibantu Pemerintah Kota.
“Bukan itu saja, Pemerintah Kota juga memberikan insentif kepada para pengurus rumah ibadah setiap agama, baik pengurus Masjid, Gereja, Pure dan rumah ibadah lainnya, bahkan pengurus Masjid ada yang diberangkatkan umroh dan pengurus agama lain ada juga diberangkatkan ke Roma,” katanya.
Ridho Yahya menambahkan, begitu juga dari sudut kesukuan dimana Kota Prabumulih merupakan kota yang heterogen namun sangat toleran, menurutnya hal tersebut isa dilihat dari dirinya sebagai pendatang tetapi busa diterima bahkan dipilih sebagai Walikota Prabumulih, dengan demikian dirinya mempertanyakan letak intolerannya.
“Masalah pengentasan pengangguran misalnya, Pemerintah kota Prabumulih telah berkerjasama dengan pengusaha tekstil di Singapura untuk memperkerjakan warga Prabumulih yang masih produktif dari semua kalangan,” tambahnya.
Ditegaskan Ridho Yahya, oleh karena itu pihak – pihak yang menjadikan Kota Prabumulih sebagai sample penelitiannya sebaiknya datang langsung ke lapangan, temui langsung kelompok masyarakat yang dijadikan sample sehingga hasil penilaian lebih objektif sesuai kondisi di lapangan.
Sementara itu,ketua DPRD kota Prabumulih, Sutarno SE mengaku, terkait hasil survey setara institute patut diragukan kebenarannya.
“Karena hasil dari kami bersosialisasi ke masyarakat Prabumulih itu adem-adem saja,” tegasnya. (Ermawati)